Komunikasi Kelompok Pekerja Migran Purna Ciptakan Peluang Bisnis Unik Berbasis Potensi Lokal dan Green Economy
Berita ilkom - 17 September 2024
Pekerja migran menjadi salah satu penghasil devisa bagi negara. Mereka yang sering disebut dengan pahlawan devisa ini tak hanya menghasilkan pundi-pundi rupiah tetapi juga masih rentan dengan masalah. Para pekerja migran meninggalkan tanah air tercinta untuk merantau ke luar negeri seringkali mengalami kekerasan di tangan majikan, meninggalkan istri atau suami serta anak dalam waktu yang cukup lama sehingga memunculkan berbagai permasalahan mulai dari stunting pada anak, pendidikan anak yang kurang terpenuhi dengan baik hingga perceraian.

Tim Peneliti Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) melihat hal tersebut sebagai salah satu persoalan yang dapat diupayakan  penyelesaiannya dari sudut pandang kajian komunikasi. Ketua tim peneliti, Dr. Nani Nurani Muksin, M.Si dari Prodi Magister Ilmu Komunikasi dengan anggotanya Dr. Oktaviana Purnamasari, M.Si dari Prodi Ilmu Komunikasi dan Jumail, M.Sc dari Prodi Teknik Informatika memenangkan hibah penelitian DRTPM yang dibiayai oleh Kemendikbud Ristek pada tahun anggaran 2024 dengan kajian terkait komunikasi kelompok pekerja migran purna. Lokasi penelitian diambil di Indramayu pada 2 -5 Agustus 2024 dan di Lombok pada 24 – 28 Agustus 2024. Kedua lokasi ini dipilih karena Indramayu merupakan daerah pengirim pekerja migran terbesar pertama di Indonesia, sedangkan Lombok menjadi pengirim pekerja migran terbesar kedua.

Pada lokasi penelitian yang ada di Indramayu maupun Lombok, potensi lokal cukup banyak ditemukan sebagai peluang untuk pekerja migran purna berwirausaha. Para pekerja migran purna ini didorong untuk berwirausaha agar mereka memiliki pendapatan yang layak sehingga tidak perlu lagi balik merantau ke luar negeri. Di Indramayu, salah satu potensi lokal berbasis green economy adalah rumput tike. Tanaman ini cukup unik, tumbuh di daerah rawa yang pasang surut, sehingga tidak di semua tempat dapat hidup. Akarnya berbentuk umbi kecil berwarna coklat kehitaman, dan dapat diolah menjadi keripik tike dengan cara ditumbuk hingga pipih mirip seperti emping melinjo.

Salah satu komunitas yang memproduksi keripik tike adalah Komunitas Kuppas Bestari (Kelompok Usaha Pemberdayaan Perempuan Bersama Mencari Rezeki), yang memproduksi keripik tike dengan nama Mekaya dan Pinke. Hingga saat ini keripik tike telah dipasarkan di banyak tempat di luar Indramayu, baik secara daring maupun luring.

Potensi lokal lainnya di Indramayu adalah jinten. Jinten yang biasanya hanya dikenal sebagai bumbu masak, oleh Mutia, seorang pekerja migran purna, diolah daunnya menjadi teh. Teh Jinten yang diproduksi Mutia menggunakan nama merek Syahi & Sahi. Selain teh ia juga memproduksi sirup jinten, minuman jinten dan kombucha jinten. Kombucha adalah sejenis minuman fermentasi yang rasanya sedikit asam dengan cita rasa unik yang khas.

Menurut Nani Nurani Muksin, komunikasi kelompok berperan penting bagi pekerja migran purna dalam membangun bisnis kewirausahaan. “Komunitas yang dibentuk berbasis komunikasi kelompok mengantarkan para pekerja migran memiliki ide-ide inovatif dalam memanfaatkan potensi lokal yang ada sebagai bahan baku berwirausaha. Ini tentu saja sangat bagus, karena masing-masing daerah memiliki potensi unik yang bisa dikembangkan”, tuturnya.

Dengan penelitian ini diharapkan ditemukan pola dan model komunikasi kelompok yang dapat diduplikasi guna pengembangan kewirausahaan pekerja migran purna sehingga hidup mereka menjadi lebih sejahtera (OV/ILKOM).